Minggu, 05 Agustus 2012

Abhidhamma

Photobucket


Buat sahabatku di dalam Dhamma,

Mengenai detil sejarah tentang bagaimana Abhidhamma diajarkan di surga Tāvatimsā (bukan di surga Tusita) dll, bisa dibaca di kitab yg bernama Atthasālinī.

Tentang pertanyaan yang mengatakan bahwa tidak pernah ditemukan di Tipitaka menyebutkan YM. Ānanda belajar Abhidhamma, bahwa pada waktu YM. Ānanda menyetujui permintaan sang Buddha untuk menjadi ‘personal attendant’, beliau mengajukan 8 syarat yang salah satunya adalah bahwa sang Buddha harus mengulang dhamma-dhamma yang beliau ajarkan pada waktu YM.Ānanda tidak ada ditempat.

Dari penjelasan ini kita bisa mengerti bahwa YM.Ānanda mengetahui apa saja yang telah diajarkan oleh sang Buddha mulai dari Dhammacakkappavatana sutta dampai dengan Mahāparinibbāna sutta.



Banyak orang beranggapan bahwa Abhidhamma adalah ajaran tertinggi sang Buddha, sehingga dianjurkan bahwa sebelum belajar Abhidhamma kita harus sudah menguasai Sutta Pitaka terlebih dahulu. Pandangan yang demikian adalah keliru sama sekali.

Untuk bisa memahami Abhidhamma, kita tidak perlu untuk menguasai Sutta pitaka terlebih dahulu. Buat seseorang yang ingin mempelajari Abhidhamma, satu-satunya syarat adalah adanya seorang Guru yang membimbing. Ini dikarenakan Abhidhamma adalah ajaran yang sangat detil, rumit di dalam hal analisa tentang realitas-realitas tertinggi (Paramattha dhamma).

Kata ‘Abhidhamma’ terdiri dari awalan ‘Abhi’ dan ‘dhamma’. Awalan ‘Abhi’ berarti ‘lebih tinggi’ atau ‘bagus’; sedangkan kata ‘dhamma’ berarti ‘ajaran Buddha’. Sehingga kata ‘Abhidhamma’ berarti ‘ajaran sang Buddha yang lebih tinggi / bagus.”

Walaupun demikian bukan berarti bahwa ajaran Abhidhamma adalah ajaran yang lebih tinggi dibandingkan, misalnya, Sutta Pitaka. Karena pada kenyataannya ajaran-ajaran yang ditemukan di Sutta Pitaka dan Abhidhamma adalah sama / tidak bertentangan sama sekali.

Perbedaannya hanya pada metode analisa dhamma-nya saja. Kalau di Sutta Pitaka, pada waktu sang Buddha menjelaskan, misalnya, tentang Pancakkhandha, beliau hanya menjelaskan secara singkat yakni tidak lebih dari satu halaman. Tetapi di Abhidhamma, sang Buddha menjelaskan tentang hal yang sama (Pancakkhandha) secara lengkap sekali bahkan sampai mencapai lebih dari 50 halaman – seperti yang ditemukan di kitab ke-dua dari Abhidhamma Pitaka yaitu Vibhanga. Jadi, Dhamma dianalisa, dijelaskan secara lebih lengkap dan detil di Abhidhamma Pitaka.

Dengan demikian tidaklah benar kalau ada orang yang berkata bahwa belajar Abhidhamma adalah seperti belajar di Universitas –jadi sebelum belajar di Universitas, kita harus melalui SD, SMP dan SMA terlebih dahulu. Yang artinya sebelum belajar Abhidhamma kita harus lebih dahulu menguasai Sutta – pernyataan yang demikian adalah tidak benar sama sekali.

Tiap-tiap orang mempunyai kecenderungan dan Pāramī yang berbeda-beda. Ada seseorang yang cukup mendengarkan satu bait dari ajaran Buddha, kemudian tercerahkan. Seperti contohnya, pada waktu YM. Assaji bertemu dengan Upatissa (yang kemudian menjadi YM. Sāriputta), dan berkata:” Ye dhammā hetuppabhavā ; tesaç hetù tathāgato; tesañca yo nirodho; evam vādi mahā samano”— ajaran singkat ini cukup membuat Upatissa untuk menjadi seorang Sotāpanna.

Buat murid-murid yang lain, ajaran yang singkat tidak cukup utk mencerahkan mereka. Mereka membutuhkan analisa dhamma yang sedikit lebih panjang, contohnya YM. Kondañña yang membutuhkan satu Sutta penuh (Dhammacakkappavata na sutta) untuk membuat dia menjadi seorang Sotāpanna. Sedangkan ke-empat pertapa yang lain masih membutuhkan penjelasan lebih lanjut lagi untuk membuat mereka menjadi seorang Sotāpanna.

Sementara itu, ada juga orang yang bertype berbeda, yang merasa bahwa penjelasan yang ada di Sutta Pitaka tidaklah cukup untuk memahami Anicca, Dukkha dan Anatta. Orang-orang semacam ini memerlukan analisa. Dhamma yang lebih lengkap dan detil sebelum mereka merasa yakin akan kebenaran ajaran Buddha. Mereka tidak akan puas dan berhenti dengan, misalnya, analisa tentang Pancakkhandha sebatas dengan Rùpakkhandha dst..seperti yang ditemukan di Sutta Pitaka.

Seperti halnya pada waktu seseorang melihat ‘air’. Ada orang yang cukup puas dengan melihat ‘air’ seperti apa adanya, tetapi ada juga orang yang tidak merasa puas dengan hal tersebut. Mereka ingin melihat unsur-unsur (atom) yang terkandung didalamnya, yakni H2O… dan barulah mereka merasa terpuaskan.

Hal ini menggambarkan bahwa ada sebagian orang yang memerlukan analisa yang lebih mendalam lagi tentang apakah Rùpakkhandha; Vedanā kkhandha..dst; sampai mereka merasa yakin bahwa Rùpakkahandha itu hanyalah kombinasi dari 28 jenis Rùpa; vedanākkhandha itu hanyalah vedanā cetasika; sannākkhandha itu hanyalah saññā cetasika; sankhārakkhandha itu hanyalah kombinasi dari 50 cetasikas (selain vedanā dan saññā cetasika) dan viññānakkhandha itu hanyalah citta 89/121; yang dari kesemuanya itu hanyalah phenomena yang terus menerus berubah dan tidak ada ‘aku’ dibalik semua proses tersebut. Nah, Abhidhamma sangatlah diperlukan untuk orang-orang semacam ini.

Tentunya hal ini bukan berarti bahwa buat orang-orang yang sudah terpuaskan dengan apa yang ada di Sutta Pitaka, kemudian mereka tidak perlu lagi untuk mempelajari Abhidhamma Pitaka. Buat mereka, Abhidhamma masih tetap sangat membantu untuk memperdalam pemahaman mereka tentang ajaran-ajaran yang ditemukan di Sutta Pitaka.

Seringkali orang-orang berkata bahwa Abhidhamma adalah bukan ajaran sang Buddha. Tetapi sampai saat ini belum ada alasan yang menurut saya cukup kuat untuk membuktikan bahwa Abhidhamma adalah bukan ajaran sang Buddha.

Kriteria untuk menilai suatu ajaran

Kemudian bagaimana cara kita untuk mengetahui bahwa sesuatu adalah ajaran Sang Buddha? Sang Buddha menjelaskan kepada YM.Upāli 7 kriteria sbb:

1. Ekantanibbidā: Tidak mudah kecewa dan tabah
2. Virāga: Sikap yang tidak terpengaruh, tenang dan tanpa nafsu
3. Nirodha: Kepadaman dari kekotoran batin dan derita
4. Upasama: Ketenangan (ketenangan batin)
5. Abhinnā: Pengetahuan tinggi (tenaga batin)
6. Sambodha: Penerangan, mencapai penerangan batin
7. Nibbāna: Kebebasan mutlak, berakhir dari derita, terbebas dari kelahiran dan kematian

Jika suatu ajaran mengarah kepada tercapainya hal-hal tersebut diatas maka ajaran tersebut adalah ajaran sang Buddha.
(Anguttaranikāya IV. 143)

Nah, dari kriteria tersebut diatas akan diketahui apakah Abhidhamma adalah ajaran sang Buddha atau bukan.

Di negara-negara Buddhist sudah tidak ada keraguan sama sekali tentang hal ini. Bahkan di Myanmar, hampir semua guru-guru meditasi mengajarkan meditasi berdasarkan ajaran-ajaran Abhidhamma (dan tentunya Sutta juga). Sudah banyak para Yogi yang berhasil merealisasi apa yang diajarkan di Abhidhamma, seperti misalnya citta, cetasika, rùpa dan bahkan Nibbāna. Dari kenyataan itulah tentunya tidaklah mengherankan kalau kita pergi ke Myanmar dan menemukan hampir semua orang Buddhist di Myanmar mempunyai pemahaman dan penghormatan yang cukup baik tentang Abhidhamma.

Apakah manfaat mempelajari Abhidhamma?

Sudah barang tentu banyak sekali. Misalnya saja, di dalam Abhidhamma kita diajarkan tentang cetasika-52. Hal ini sangatlah penting, misalnya pada waktu kita mempelajari Akusala cetasika-14. Disana kita jadi tahu tentang akusala (hal-hal yang tidak baik) secara lengkap. Kadang orang berpikir bahwa mereka sudah berbuat baik, tetapi pada waktu mereka belajar cetasika mereka akan sering merasa kaget, bahwa apa yang selama ini mereka anggap ‘baik’ ternyata adalah ‘tidak baik’.

Dengan mempelajari Abhidhamma, kita akan semakin mengenal isi pikiran kita, sehingga kita akan menjadi lebih ‘eling dan waspada’ terhadap apa yang terjadi di dalam pikiran kita. Tindakan kita – tubuh, ucapan dan
pikiran –akan semakin terkontrol dengan baik, karena kita bisa dengan jelas membedakan / mempunyai pemahaman yang benar tentang yang ‘baik’ (kusala) dan ‘buruk’ (akusala).

Manfaat puncak dari Abhidhamma

Tidak diragukan lagi bahwa Abhidhamma akan bisa menghantarkan kita ke Nibbāna. Saya dengar Pa-Auk Sayā daw dan Sayalay Dipankarā sering ke Indonesia untuk mengajarkan meditasi. Bukankah mereka itu mengajarkan meditasi sesuai dengan apa yang diajarkan di Abhidhamma (dan sutta)?

Jadi ibarat sebuah peta, Abhidhamma adalah penting sekali buat perjalanan spiritual kita. Dengan memahami Abhidhamma, kita tidak akan tersesat atau paling tidak, kita tidak akan sering-sering menanyakan ke
guru meditasi kita pada waktu kita mengalami kemajuan atau berada di ‘persimpangan jalan’ di dalam meditasi kita—karena kita tahu dengan pasti apa yang harus kita perbuat.

Apakah Abhidhamma mutlak untuk mencapai pencerahan?

Abhidhamma sangat membantu meditasi kita. Tetapi bukan berarti bahwa mereka yang tidak mengerti Abhidhamma tidak bisa mencapai pencerahan. Kita harus ingat bahwa masing-masing orang mempunyai kecenderungan dan pāramī yang berbeda-beda seperti yang sudah dijelaskan diatas.
Semoga penjelasan ini bermanfaat.

Singapore, 4 Agustus 2009

With mettā,
Bhikkhu Kheminda.

sumber


Abhidhamma made easy.Mp3
Belajar Abhidhamma 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar